Prabowo Bertemu Biden, Hendrajit: Trump Bakal Dukung Indonesia?
PRIBUMINEWS, Jakarta— Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke China pada 8-10 November 2024 telah menghasilkan sejumlah hasil konkret, baik bidang ekonomi dan bisnis maupun juga politik luar negeri.
Selama kunjungan tiga hari di China, Presiden Prabowo bertemu dengan Presiden Xi Jinping, Perdana Menteri Li Qiang dan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok (National People Congress atau NPC) Zhao Leji.
Presiden Prabowo juga menghadiri pertemuan forum bisnis Indonesia-China yang diselenggarakan di Hotel Peninsula, Beijing.
Kunjungan Presiden Prabowo ke China mendapat tanggapan analis pro dan kontra. Terkait hal ini pengamat Geo- Politik Hendrajit menilai para kritikus hanya meributkan aspek UNCLOS dan Nine Dash Line.
“Para kritikus manuver Prabowo ke Cina cuma meributkan aspek UNCLOS dan Nine Dash Line, yang malah bikin ruwet alih alih jernih melihat implikasi kesepakatan Indonesia-Cina ini. Lantaran cuma nguplek menyoal hukum internasional,” kata pengamat Geo-Politik Hendrajit kepada Pribuminews saat dihubungi, Rabu 13/11/2024.
Dikemukakan Hendrajit, dari joint cooperation RI-China ini ada beberapa catatan singkat dari segi geopolitik.
Pertama, kerja sama ini akan berlangsung di Laut Cina Selatan. Berarti kita dan Cina sedari awal sadar ini hotspot dan chock point dari wilayah yang selama ini jadi ajang konflik dua negara besar.
Kedua, yang jadi obyek kerja sama adalah perikanan, minyak dan gas. Bukankah memang tiga sektor ini, plus lokasi geografisnya, laut cina selatan mengandung kekayaan alam yang melimpah?
Selain itu yang tak terucap, rute suplai minyak AS dan blok Barat yang selama ini jadi aset geopolitiknya, bakal terganggu. Berarti selain akses blok Barat terganggu aksesnya ke minyak dan gas, lokasi geografis Laut Cina Selatan juga akan jadi gangguan.
Ibarat kita biasa keluar rumah lewat rute depan rumah tetangga sebelah, tiba-tiba tetangga rumah itu bikin hajatan. Terpaksa untuk keluar ambil rute lain yang lebih jauh.
Ketiga, laut cina selatan itu rute penghubung antara samudra hindia dan samudra pasifik. Situasi ini buat jadi runyam ketika Trump sangat yakin Strategi Indo-Pasifik efektif buat membendung Cina. Tahu-tahu, kedua negara ini bikin hajatan di Laut Cina Selatan. Pusat syaraf konflik global AS-Cina.
Padahal lanjut Hendrajit, AS pada era Trump jilid pertama 2017 dulu, membuat blok Indo-Pasifik untuk menggalang persekutuan membendung Cina di Laut Cina Selatan. Dengan manuver kedua negara ini, strategi Indo-Pasifik Trump diragukan efektivitasnya.
“Lantas, apakah Indonesia ngeblok ke China? Tidak juga. Justru saat Prabowo bertemu Joe Biden dan tentunya pemain-pemain kunci pemerintahan Trump mendatang, bargaining Indonesia jadi kuat,” jelas Hendrajit.
“Maka seperti saya tulis kemarin, kunjungan Prabowo ke Cina, AS, KTT G20 di Peru dan KTT APEC di Brazil dan Inggris, harus dibaca utuh. Jangan bab per bab, atau episode per episode,” pungkasnya. (YS)