Komentar Pers: HENDARDI, Ketua Dewan Nasional SETARA Institute

0
44

Komentar Pers: HENDARDI, Ketua Dewan Nasional SETARA Institute

PRIBUMINEWS.CO.ID – Keputusan DPR RI memilih lima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dari unsur kepolisian, kejaksaan, hakim dan mantan anggota BPK, secara politik telah mengikis sifat independensi KPK, sebagai lembaga negara yang masuk kategori _constitutional important body_ dan independen.

DPR RI secara sengaja memilih calon-calon yang memiliki afiliasi organisasi *yang memungkinkan pengendalian sikap, tindakan, dan pengendalian kehendak-kehendak tertentu* dalam pemberantasan korupsi.

“Secara normatif mereka yang dipilih memiliki hak yang sama untuk menduduki jabatan di KPK. Demikian juga DPR RI berwenang menentukan pilihannya,” kata Ketua Dewan Nasional SETARA Institute Hendardi, Kamis (21/11).

Akan tetapi, kata Hendardi, seharusnya DPR RI memahami bahwa KPK dibentuk sebagai _auxiliary state institution_ dan antitesis atas kinerja _ordinary state institution_, yakni kepolisian dan kejaksaan yang sebelumnya dianggap tidak akuntabel dalam pemberantasan korupsi.

Pilihan DPR atas 5 pimpinan KPK yang memiliki patronase organisasi dan patronase personal hirarkial pada lembaga-lembaga pemerintahan, *menegaskan skenario mantan Presiden Jokowi,* yang membentuk Panitia Seleksi dan memilih 10 pilihan calon dan mengirimkannya ke DPR RI, untuk *menyempurnakan pelemahan KPK* sebagaimana UU 19/2019, setelah revisi UU KPK di 2019.

Representasi calon perwakilan masyarakat sipil sebagai penanda dan variabel penjaga independensi KPK sama sekali tidak ditimbang oleh DPR sebagai ikhtiar minimal menjaga independensi KPK.

“Narasi kinerja Kejaksaan Agung dan Polri yang dianggap moncer dalam pemberantasan korupsi telah menjadi instrumen agenda setting pelemahan KPK* dengan memilih pimpinan KPK yang merupakan duta dari masing-masing organ negara,” ujarnya.

Formula kepemimpinan KPK semacan ini akan sulit mendapat kepercayaan publik, kecuali peragaan permukaan dan basa-basi  pemberantasan korupsi untuk menghibur rakyat agar tetap mau membayar pajak.

“Dalam situasi seperti ini sangat dimaklumi dan dihargai jika banyak muncul *mosi tidak percaya dari publik terhadap KPK 2024-2029 dan juga DPR RI periode sekarang khususnya Komisi 3 DPR,” tegasnya. RE

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.