BAGAIMANA PARA NAGA BETERNAK PEJABAT & MUNCULNYA PERLAWANAN RAKYAT PADA AGUAN CS. SEBAGAI PERWAKILAN OLIGARKI
Memet Hakim
Pengamat Sosial
Wanhat APIB & APP TNI
Para taipan bisa menjelma jadi naga, tidak terlepas dari peran piaraan mereka yang menjadi pejabat dan aparat. Kita ambil contoh di PIK 2 yang beberapa hari yl heboh, terkait Said Didu orang luar yang membela rakyat setempat agar tidak ditindas & dibodohi pengembang, tapi kemudian dipanggil Polres Tanggerang akibat laporan Kepala Desa.
Logikanya Kades lah yang harus melindungi warganya, Ini malah kepala Desa sudah menjadi piaraan perusahaan pengembang tersebut. Sangat diduga Camat dan Bupatinya sama saja, terbukti tidak juga membela rakyatnya. Masalah NJOP, pengusiran warga yg tidak setuju, tentu sepengetahuan Camat dan Bupatinya, disitulah mereka berkolaborasi untuk membantu pengembang.
Sebelumnya “kasus Rempang di Riau, bagaimana para aparat dan pejabat menindas rakyat setempat, agar wilayah itu dikosongkan, hanya sekedar disiapkan untuk invasi yang berkedok investasi dari Cina”. Yang korban ya penduduk setempat. Investornya salah satu 9 naga yang konon kabarnya piaraannya banyak sekali, sehingga ditakuti pejabat.
Bagaimana logistik berupa makanan tidak bisa masuk ke wilayah tersebut, supaya rakyat kelaparan dan akhirnya mau keluar dari wilayah yang diinginkan taipan, tentu ini melibatkan aparat yang membela majikan barunya. Rakyat yang seharusnya dibela malah ditindas, inilah ketidak adilan yang dirasakan. Apalagi “sewa lahan yang ditetapkan pemerintah sangatlah rendah, tentu ada kolaborasi antara pengusaha dan aparat disitu.
Dari kedua contoh kasus pengusiran dan penindasan pada warga lokal, semua pejabat dan aparat ikut membantu pengembang agar bisnisnya tercapai. “Lihatlah mana ada suara Gubernur, Bupati, Kapolda, Pangdam yang berani pasang badan untuk bela rakyat setempat, semuanya diam dan bahkan manut pada maunya naga-naga ini”.
Contoh di tingkat Nasional, bagaimana Jokowi selalu menjegal Anis akibat penolakannya terhadap reklamasi milik pengembang di Jakarta. Rasanya cuma Anis, Gubernur DKI yang berani menolak keinginan naga ini, tidak heran setelahnya para hampir semua piaraan taipan ini berusaha mengkriminalisasi Anis. Akibatnya ibukota Indonesia akan dipindahkan ke Kaltim, yang disebut IKN. Entahlah apakah Nusantara dan Indonesia itu sama atau tidak. Ternyata dibelakang investor PIK 1, PIK 2 , Reklamasi dan IKN orang sama yakni salah satu dari 9 naga juga.
Kemudian bagaimana dengan mudahnya proyek swasta di jadikan PSN dan dibiayai negara. Itulah “bodohnya Jokowi pengejar tahta dan harta walau illegal, tetep aja dilakukan”. Jika Pindad, DI dan PAL dijadikan PSN tentu sangat cocok, tidak ada seorangpun yang protes.
Bagaimana Jokowi dengan mudahnya mengeluarkan dana untuk Kereta Cepat, IKN, BSD dan PIK 2 yang tidak terkait dengan kepentingan negara. Itu merupakan indikasi berat Jokowi telah menjadi piaraannya para taipan. Artinya baik yang disuap maupun yang menyuap sama2 koruptor.
Model beternak yang dikembangkan para naga, adalah agar para pejabat dan aparat tunduk pada kemauannya. Tentu dengan uang, wanita dan ancaman sebagai alatnya. Tidak hanya itu naga ini dapat merubah aturan bahkan undang-undang untuk memuluskan rencananya.
Modus para taipan ini gak lain ingin berbisnis dengan memanfaatkan aparat dan pejabat dengan penyuapan. Caranya bermacam-macam, ada yg sedang dikader sudah dipelihara, ada yg sudah jadi pejabat baru dipelihara, akan tetapi jika ternak ini sudah tidak dipakai lagi ya dibuang begitu saja, tapi jika berkhianat algojo akan datang, mereka kejam sekali. Bahkan ada yang menyiapkan satu pulau berisi binatang buas buat yang berani menghianati mereka.
Tidak sedikit anggota legislatif yang ditenggarai masuk dalam jaringan para naga ini, sehingga mereka diam seribu basa jika rakyat berteriak. Hebatnya para naga ini bisa membuat anggota legislatif ketakutan menerima delegasi yang memperjuangkan nasib rakyat. Tidak heran jika “RUU Perampasan Aset Terkait Tindak Pidana” diabaikan, sulit di sahkan, karena banyak di antara mereka yang menjadi pelakunya.
Praktek beternak seperti ini juga, merasuki perusahaan negara, pemda, instansi terkait perijinan dan keamanan. Contoh terbaru bagaimana seorang polisi bisa menembak polisi lainnya demi seorang cukong. Demikian setianya aparat ini kepada taipan yg telah memberikan bantuan finansial atau material padanya. Polisi ini lupa pada rakyat yang telah menggajinya, membelikan seragam, kendaraan dan berbagai fasilitas. Silau harta, wanita akhirnya menjadi pembunuh temannya sendiri.
Naga naga ini terlihat membagi tugas dengan baik, siapa yg masuk ke pemerintahan, siapa yang masuk ke kepolisian, siapa yang masuk ke TNI. Para kader yg terlihat menonjol langsung mendapat “pembinaan” Untuk dipelihara, di bidang politik mereka yg kelak akan menjadi bupati, wali kota, gubernur bahkan presiden dibantu dan dipelihara, agar memberikan keuntungan bagi mereka dalam bentuk kemudahan ijin dan mendapatkan proyek. Di bidang keamanan siapa2 yang akan menjadi kapolres, Kapolda, Pangdam, Kajati, dll. begitu juga sudah masuk dalam pemetaan program ternak lanjutan.
Sangat mengerikan, ibarat kerajaan mafia secara teoritis sulit keluar dari lingkungan ini. Jika ada pejabat yang telah terbina mengabdi pada 9 naga, kemudian ingin menjadi baik, prakteknya tidak mungkin, karena ada ancaman. Jangankan melawan untuk berbuat netralpun sulit dilakukan.
Lihatlah Jokowi, yang mengabdi kawanan mafia naga ini, sampai menyiapkan anaknya yg abnormal untuk dijadikan boneka baru. Bagaimana Jokowi masih aktif ingin berperan, tentu ada tangan2 yang memberi tugas padanya. Jokowi dan keluarganya sampai harus tahan malu, tapi karakternya yang cocok jadi boneka peliharaan, membuat tidak ada jalan lain selain mengikuti kemauannya.
*Lihat pula karakter calon gubernur yang diendorse oleh Jokowi, karakternya mirip, tipe penjilat mau mengorbankan rakyatnya, mau menjadi bonekanya para taipan*. Makanya jauhi orang-orang seperti itu.
Dengan munculnya perlawanan melawan Guo Zaiyuan alias Sugianto Kusuma atau Aguan (ejaan lain: A Guan) di Banten dalam kasus PIK 2, menandakan antek2 RRC ini harus berpikir ulang untuk melanjutkan proyek invasi di Indonesia. Apalagi jumlah Cindo pada tahun 2010 masih berkisar 1.2 % saat ini (2024) diperkirakan telah menjadi 5 %, bahkan ada yang menyebutkan 7 % ini warning bagi pribumi.
Aguan cs memang perlu disingkirkan, kasian Cindo yang benar-benar telah melebur jadi bangsa Indonesia, dianggap sama saja memiliki perilaku seperti Aguan cs, yang merupakan antek2 Cina pendatang (Citang) dan yang suka beternak pejabat.
Bandung, 25 November 2024