Filsafat Es Teh
Jaya Suprana, Sandro Gatra Tim Redaksi
SAYA mencoba memelajari filsafat es teh dari diri saya sendiri maupun dari kasus penghinaan seorang pejabat tinggi terhadap seorang penjaja es teh.
Istilah teh berasal dari bahasa Inggris “tea” yang dimaknakan oleh ensiklopedi Brittanica sebagai berikut:
“beverage produced by steeping in freshly boiled water the young leaves and leaf buds of the tea plant, Camellia sinensis. Two principal varieties are used, the small-leaved China plant (C. sinensis variety sinensis) and the large-leaved Assam plant (C. sinensis variety assamica). Hybrids of these two varieties are also grown. The leaves may be fermented or left unfermented”.
Akibat algoritma bahasa dasar laptop saya disetel dalam bahasa Inggris, maka tatkala mengetik “teh” otomatis oleh AI terkoreksi menjadi “the”.
Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia panjang-lebar memaknakan kata teh sebagai berikut:
“teh /téh/ n pohon kecil, tumbuh di alam bebas, daunnya berbentuk jorong atau bulat telur, pucuknya dilayukan dan dikeringkan untuk dibuat minuman (di pabrik dsb); Camellia sinensis; • teh botol air teh yg telah dibubuhi gula dan dikemas dl botol atau kotak plastik untuk diperdagangkan, spt halnya coca cola; • teh celup teh yg dikemas dl kantong (kertas saringan) untuk sekali hidangan dng mencelupkannya dl air panas di gelas atau cangkir; • teh hijau teh yg warnanya hijau krn peragiannya tidak sempurna sebelum dikeringkan; • teh hitam teh yg sebelum dikeringkan, difermentasikan dahulu; • teh hutan tanaman perdu yg tajuknya rapat, padat, dan kuat, biasanya dipakai sbg pagar atau tanaman hias dng membentuknya menjadi pola-pola tertentu, daunnya dapat dimanfaatkan sbg obat penurun panas, penyakit usus, dan gangguan ginjal; Acalyoha siamensis; teh-tehan; • teh kampung teh hutan; • teh makau tumbuhan, Scorparia dulcis; • teh pahit 1 minuman yg dibuat dr akar-akaran direbus untuk obat kuat; 2 teh tanpa gula; • teh pelangsing teh yg berkhasiat melangsingkan tubuh; teh-tehan /teh-teh•an/ n cak teh hutan”
Secara pribadi saya menggemari minuman mengandung ramuan daun teh, baik dalam kondisi hangat maupun dingin akibat dicampur dengan es yang lazim disebut sebagai es teh.
Jumlah konsumen penggemar es teh cukup berlimpah-ruah sehingga banyak pula para profesional mencari nafkah dengan menjajakan es teh.
Di masa kini, para penjaja es teh di Indonesia sangat dihormati sehingga seorang tokoh pejabat tinggi utusan khusus presiden terpaksa mengundurkan diri akibat telah gegabah menghina seorang penjual es teh di depan umum.
Mirip kisah Supala gegabah menghina Sri Krisna di hadapan forum keluarga besar Bharata dalam wiracarita Mahabharata di istana Indraprasta sebagai episoda yang kemudian meledakkaan Bharatayuda di padang Kurusetra.
Syukur alhamdullilah, skandal pejabat menghina penjaja es teh terselesaikan dengan damai secara Pancasila sehingga tidak perlu meledak menjadi Bharatayudha. MERDEKA!