Matahari Kembar Panas Loh…Politik Budaya Tak Butuh Culas…!!!
CATATAN dari Cilandak Aendra MEDITA*)
HARUSNYA Tak ada dua matahari di langit yang sama. Satu saja sudah panah apalagi dua. Alam akan menolak keserakahan dalam bentuk apa pun. Terang yang berlebihan tak menerangi—ia membutakan, membakar. Dalam kebudayaan, terang itu adalah nilai. Dalam politik, ia seharusnya menjadi nurani. Namun ketika politik memasuki ruang budaya dengan wajah culas, yang lahir bukan pencerahan, melainkan pembusukan yang sistematis. Kejam sekali.
Budaya bukan alat legitimasi kekuasaan. Ia bukan kostum seremonial yang dipakai saat kamera menyala lalu disimpan dalam laci ketika perhitungan kuasa dimulai. Budaya adalah jiwa bangsa—dan menjualnya demi citra adalah pengkhianatan yang lebih dalam dari sekadar korupsi. Politik budaya yang elok tak boleh berdiri di atas kebohongan, sebab ia lahir dari yang jujur, yang lugu, dan yang setia pada akar.
Yang mencintai budaya tak akan menjadikannya stempel kebijakan atau hiasan proposal. Yang sungguh paham budaya tak akan memanipulasi simbol-simbol suci demi menekan kritik atau membungkam keberanian. Karena mereka tahu: sekali budaya diperalat, ia kehilangan daya hidupnya. Dan bangsa yang kehilangan budayanya, kehilangan nyawanya sendiri.
Inilah saatnya bicara tegas. Budaya harus diselamatkan dari tangan-tangan licin yang halus tapi penuh siasat. Kritik tak lagi bisa dibisikkan; ia harus diteriakkan. Politik budaya yang benar tak membutuhkan tipu daya. Ia hanya butuh satu hal: integritas.
Dan bila hari ini ada dua matahari kembar—satu tulus dan satu culas—biarlah sejarah yang memadamkan yang palsu. Karena semesta, pada akhirnya, selalu berpihak pada yang jujur.
*)Aendra MEDITA,pernah menimba sekolah seni teater. Kini analis di PKKPI dan Jurnalis