LUHUD BINSAR PANJAITAN SEGERA BAWA KE RUMAH SAKIT JIWA
—- Sutoyo Abadi :
Saya adalah orang sipil, hanya modal sedikit bacaan sejarah dari sekian banyak tokoh pahlawan bangsa , dengan mempertaruhkan jiwa, raga, harta dan nyawa untuk kemerdekaan bangsa dan negara.
Mereka menyandang sebagai pahlawan bangsa, sekalipun harus mati di medan laga. Untuk mempertahankan kemerdekaan, RI lahir beberapa Jenderal patriot bangsa. Begitu anggun sebagai tentara sejati, begitu kokoh, kuat dan tegar sebagai tentara bertaruh nyawa melindungi NKRI.
“Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, ialah mempertahankan kedaulatan negara dan menjaga keselamatannya, sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagi pula sebagai tentara disiplin harus di pegang teguh…. Tentara tidak boleh menjadi alat suatu golongan atau orang dan siapapun juga” (Jogjakarta 12 November 1945).
“Hendaknya perjuangan kita harus didasarkan atas kesucian, dengan demikian perjuangan kita selalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci dan kami percaya bahwa perjuangan suci itu senantiasa mendapatkan pertolongan dari Tahun”. (Jogjakarta, 18 Desember 1945)..
_”Tentara akan hidup sampai akhir zaman, jangan menjadi alat oleh suatu badan atau orang”_. (Jogjakarta, tanggal 27 Mei 1946).
“Kami Tentara Republik Indonesia akan timbul dan tenggelam bersama negara”. (Jogjakarta, 9 Februari 1946).
“Jangan sekali kali di antara kita ada yang menyalahi janji, menjadi pengkhianat Nusa, Bangsa dan Agama.”
“Tentara kita jangan sekali kali mengenal sifat dan perbuatan menyerah pada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali” (Jogjakarta, 9 April 1946)
“Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai titik darah penghabisan. Sejengkal tanah pun tidak akan diserahkan kepada lawan, tapi akan kita pertahankan habis habisan” (Jogjakarta 25 Mei 1946).
Berulang kali terus menerus kita sampaikan kepada rakyat Indonesia. Sangat jelas perintah Panglima Besar Jenderal Sudirman, intinya tentara jangan melacurkan diri menjadi :
“Alat oleh suatu badan atau orang, menyalahi janjinya menjadi penghianat Nusa, Bangsa dan Agama, menyerah pada siapapun juga yang akan menjajah dan menindas kita kembali”.
“Sanggup mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan negara RI yang telah di diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai titik darah penghabisan dan sejengkal tanah pun tidak akan di serahkan kepada lawan, tapi akan kita pertahankan habis habisan”.
Situasinya tambah genting karena ulah mantan Jenderal asal cuap – cuap. Cobalah Presiden Prabowo Subianto, ada waktu perhatikan, cermati dan pelajari apa yang sedang terjadi dengan munculnya seorang mantan Jenderal yang sudah gila dan tercuci otaknya oleh paham kapitalis.
Luhut Binsar Panjaitan ( LBP ) diduga kuat mantan Jenderal yang sudah gila dan benar benar sudah membabi buta , tidak paham ( sekalipun sudah purnawirawan ) tentang kewajiban tentara. Hanya untuk mengabdi sebagai budak Jokowi, Oligarki dan Ji Jinping.
Sebagai komprador dan agen Oligarki ( RRC ) orang ini bukan hanya sebagai sampah negara juga sangat berbahaya sebagai penghianat negara.
Telah menyerang para seniornya yang sedang berjuang Gibran anak haram konstitusi di copot sebagai Wakil Presiden yang sangat sangat tidak layak bahkan membahayakan negara. Menuduh seniornya kampungan dan harus di usir dari Indonesia.
Luhur Binsar Panjaitan ( LBP ) di duga kuat terserang gangguan sakit jiwa, harus segera di bawa ke Rumah Sakit Jiwa.
Bagi Presiden Prabowo Subianto akan mempertimbangkan apalagi, muncul mantan Jenderal sudah terserang gangguan sakit jiwa dan terseret paham kapitalisme dan komunis harus segera di amankan.
Itu oknum mantan Jenderal telah meremehkan pesan Bapak TNI Panglima Besar Jenderal Soedirman tanpa merasa bersalah bahkan merasa paling benar, sombong, arogan dan akan perusak jiwa korsa TNI. (*)