“Jangan Lemahkan Bangsa”

0
38
aendra medita/ist

“Jangan Lemahkan Bangsa”

Catatan Aendra MEDITA

Jangan Lemahkan Bangsa Bangsa

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang besar. Bukan hanya karena jumlah penduduk yang kini mencapai lebih dari 270 juta jiwa, bukan hanya karena bentangan wilayah dari Sabang sampai Merauke, bukan pula semata karena kekayaan alam yang melimpah.

Indonesia disebut besar karena sejarahnya yang panjang, karena darah dan air mata para pejuang yang mengalir untuk merebut kemerdekaan, karena nilai persatuan yang diwariskan para pendiri bangsa. Namun hari ini, di balik kebesaran itu, kita dihadapkan pada sebuah kenyataan pahit: ada krisis kepercayaan yang menggerogoti sendi-sendi bangsa.

Krisis ini ibarat rayap yang diam-diam memakan kayu penyangga rumah. Dari luar, rumah masih tampak berdiri kokoh, tetapi perlahan rapuh di dalam. Jika dibiarkan, bangsa sebesar apa pun bisa runtuh. Maka seruan ini penting untuk digaungkan berulang-ulang: “Jangan lemahkan bangsa!”

Bangsa Bisa Melemah dari Dalam

Sejarah mengajarkan bahwa runtuhnya bangsa-bangsa besar jarang sekali karena diserang musuh dari luar. Romawi runtuh bukan karena serangan barbar semata, tetapi karena korupsi, dekadensi moral, dan perpecahan di dalam. Uni Soviet bubar bukan karena tekanan Amerika saja, tetapi karena rapuhnya kepercayaan rakyat kepada sistemnya sendiri.

Indonesia tidak kebal terhadap pelajaran sejarah itu. Musuh terbesar kita bukan hanya ancaman asing, melainkan kelemahan dari dalam:

• Korupsi yang merajalela sehingga rakyat kehilangan rasa adil.

• Politik yang lebih mementingkan citra daripada kerja nyata.

• Hukum yang tumpul ke atas, tajam ke bawah.

• Rakyat yang dibuat apatis karena janji-janji palsu.

• Elite yang sibuk berkelahi, sementara rakyat dibiarkan mencari makan sendiri. Semua itu adalah bentuk pelemahan bangsa dari dalam. Itulah mengapa kita harus bersuara: jangan lemahkan bangsa!

Jangan Lemahkan Bangsa dengan Dusta

Kebohongan adalah racun paling berbahaya. Dusta yang diulang-ulang akan melahirkan kekecewaan. Bangsa yang besar tidak boleh dipimpin dengan dusta. Berapa banyak janji manis diumbar saat kampanye, tetapi menguap setelah kursi kekuasaan diraih? Berapa banyak jargon yang dijadikan slogan, tetapi tak pernah jadi kenyataan?

Ketika rakyat diperlakukan hanya sebagai objek, suara mereka hanya dihitung lima tahun sekali, maka kepercayaan pun hilang. Rakyat mulai berkata, “untuk apa percaya, toh semua sama saja.” Inilah titik berbahaya. Sebab bangsa yang kehilangan kepercayaan, kehilangan energi untuk bergerak maju.

Jangan Lemahkan Bangsa dengan Korupsi

Korupsi adalah pengkhianatan terbesar terhadap rakyat. Setiap rupiah yang dikorupsi berarti merampas jatah pendidikan anak-anak miskin, jatah kesehatan rakyat kecil, dan jatah pembangunan daerah tertinggal. Bangsa sebesar Indonesia bisa terlihat kerdil ketika pemimpinnya rakus. Setiap kali seorang pejabat tertangkap tangan, yang tercoreng bukan hanya nama pribadi, tetapi martabat bangsa.

Pertanyaannya, berapa lama lagi bangsa ini harus menanggung malu karena perilaku koruptif? Sampai kapan korupsi dianggap lumrah, bahkan diwariskan sebagai budaya?

Bangsa yang besar seharusnya tidak membiarkan korupsi menggerogoti sendinya. Korupsi adalah musuh bangsa, dan melawan korupsi adalah bentuk cinta tanah air yang paling nyata. Jangan Lemahkan Bangsa dengan Perpecahan Indonesia berdiri karena persatuan. “Bhinneka Tunggal Ika” bukan sekadar semboyan, tetapi fondasi.

Namun hari ini, kita melihat perpecahan sering sengaja dipelihara. Politik identitas digunakan untuk memecah rakyat, bukan menyatukan. Perbedaan yang seharusnya menjadi kekayaan justru dipelintir menjadi alasan kebencian. Bangsa besar akan runtuh jika persatuan dihancurkan oleh kepentingan sempit. Kita tidak boleh lupa, Indonesia merdeka karena berbagai suku, agama, dan golongan bersepakat bersatu.

Tanpa itu, republik ini hanya akan menjadi catatan sejarah yang singkat. Jangan Lemahkan Bangsa dengan Hukum yang Tumpul Hukum adalah pondasi keadilan. Tetapi bagaimana jadinya jika hukum hanya tajam kepada rakyat kecil dan tumpul kepada para penguasa?

Setiap kali rakyat melihat pencuri ayam dihukum berat sementara koruptor triliunan bisa tersenyum di pengadilan, maka kepercayaan itu semakin hilang.

Rakyat bertanya: apakah hukum hanya alat untuk melindungi penguasa? Bangsa yang besar harus punya hukum yang adil. Tanpa keadilan, bangsa sebesar apa pun akan hancur. Karena itu, jangan lemahkan bangsa dengan hukum yang tumpul.

Jangan Lemahkan Bangsa dengan Apatisme

Bangsa tidak hanya milik penguasa. Bangsa adalah milik seluruh rakyat. Jika rakyat menyerah pada apatisme, bangsa pun melemah. Apatisme lahir ketika rakyat merasa suaranya tak berguna. Tetapi menyerah bukan jawaban. Apatisme hanya memberi ruang lebih luas bagi mereka yang merusak bangsa untuk terus berkuasa.

Bangsa ini butuh rakyat yang aktif, kritis, dan berani bersuara. Butuh masyarakat sipil yang mengawasi. Butuh pers yang berani. Butuh akademisi yang jujur. Butuh seniman yang kritis. Semua harus ambil bagian.

Bangsa yang Kuat Butuh Pemimpin yang Kuat

Bangsa yang besar hanya akan kuat jika dipimpin oleh pemimpin yang berintegritas. Pemimpin sejati bukan mereka yang gemar tampil di layar, tetapi mereka yang bekerja tanpa henti. Pemimpin sejati bukan yang haus pujian, tetapi yang siap dikritik. Pemimpin sejati bukan yang memikirkan masa jabatannya, tetapi masa depan bangsanya. Hari ini kita perlu bertanya: apakah kita sedang dipimpin oleh pemimpin yang benar-benar kuat atau hanya kuat dalam pencitraan?

Pertanyaan ini harus dijawab jujur, sebab dari situlah arah bangsa ditentukan. Seruan Moral untuk Semua Seruan “jangan lemahkan bangsa” bukan hanya ditujukan kepada pemerintah.

Seruan ini untuk semua: • Untuk politisi: jangan lemahkan bangsa dengan menjual suara rakyat demi kepentingan pribadi. • Untuk aparat hukum: jangan lemahkan bangsa dengan menukar keadilan dengan uang. • Untuk birokrat: jangan lemahkan bangsa dengan menutup mata terhadap pelayanan publik yang bobrok. • Untuk rakyat: jangan lemahkan bangsa dengan menyerah pada apatisme. • Untuk akademisi: jangan lemahkan bangsa dengan menjual ilmu demi kekuasaan. • Untuk media: jangan lemahkan bangsa dengan memberitakan kebohongan. • Untuk seniman: jangan lemahkan bangsa dengan membungkam suara kritis.

Bangsa besar hanya akan tetap besar jika semua anak bangsa mau menjaga dan memperjuangkannya. Kebesaran yang Harus Dipertahankan Ingatlah, bangsa ini lahir dari penderitaan. Para pejuang tidak mengorbankan nyawa mereka agar kita hidup dalam ketidakadilan. Mereka rela mati agar kita merdeka, agar kita bisa berdiri tegak sebagai bangsa yang bermartabat. Apakah layak kita mengkhianati mereka dengan melemahkan bangsa?

Apakah layak kita membiarkan korupsi, dusta, perpecahan, hukum tumpul, dan apatisme menghancurkan negeri yang mereka wariskan? Jawabannya jelas: tidak layak!

Bangsa ini harus dijaga. Bangsa ini harus diperkuat. Bangsa ini harus diwariskan dalam keadaan lebih baik, bukan lebih lemah. Penutup: Jangan Lemahkan Bangsa Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Tetapi kebesaran itu bukan jaminan kekuatan abadi. Kebesaran itu bisa hilang jika kita melemahkannya sendiri.

Karena itu mari kita tegaskan bersama: • Jangan lemahkan bangsa dengan dusta. • Jangan lemahkan bangsa dengan korupsi. • Jangan lemahkan bangsa dengan perpecahan. • Jangan lemahkan bangsa dengan hukum yang tumpul. • Jangan lemahkan bangsa dengan apatisme. Bangsa ini harus berdiri tegak, adil, bersatu, dan bermartabat.

Itulah hutang kita kepada para pendiri bangsa. Itulah tanggung jawab kita kepada generasi mendatang. Jangan lemahkan bangsa. Jadikan bangsa ini kuat. Jadikan bangsa ini benar-benar besar. Tbik.

(aendra medita, Jurnalis, dan analis Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) & Jala Bhumi Kultura (JBK).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.