MANIFESTO DAKWAH ISLAM
Menegakkan Kedaulatan Spiritual dan Melawan Infiltrasi Budaya Sekuler Global
Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat
Mukadimah
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang telah mengutus Nabi Muhammad SAW, sebagai rahmat bagi seluruh alam, pembawa cahaya kebenaran di tengah gelapnya kebodohan dan penyimpangan manusia.
Bahwa umat Islam menempatkan budaya bukan sekadar hiburan, melainkan, “medan perjuangan peradaban.”
Bahwa infiltrasi budaya sekuler Barat melalui media, film, dan simbol-simbol global seperti Halloween, Valentine, dan festival tanpa makna spiritual adalah bentuk penjajahan kultural yang menumpulkan akidah, menipu generasi muda, dan menghapus kesadaran ketuhanan dari jiwa manusia.
Bahwa di tengah gempuran globalisasi, umat Islam tidak boleh kehilangan jati diri, sebab Islam bukan hanya agama, melainkan sistem nilai yang menyelamatkan fitrah manusia dari kekosongan makna dan kegelapan moral.
Pasal 1
Hakikat Budaya dalam Pandangan Islam
1. Budaya adalah ekspresi dari akidah dan pandangan hidup suatu umat.
Maka budaya Islam harus berakar dari tauhid, berbuah pada akhlak, dan berorientasi pada kemanusiaan yang beradab.
2. Budaya Barat sekuler hari ini, termasuk perayaan Halloween, menjadikan ketakutan, hawa nafsu, dan komoditas sebagai pusat nilai.
Budaya demikian bukan sekadar berbeda, tetapi berlawanan arah dengan pandangan dunia Islam yang menempatkan Allah SWT sebagai pusat makna.
3. Karena itu, setiap bentuk imitasi budaya non-Islam yang mengandung simbol kekafiran, glorifikasi setan, atau pelecehan terhadap kematian adalah bertentangan dengan prinsip tauhid.
Pasal 2
Tujuan Manifesto
1. Membangun kesadaran bahwa perang budaya adalah perang ideologi.
Siapa yang menguasai simbol dan makna, dialah yang menguasai generasi.
2. Menegaskan kembali kedaulatan Islam pada budaya Indonesia, yang berlandaskan:
Tauhid sebagai asas,
Ilmu sebagai pedang,
Akhlak sebagai wajah,
Dan dakwah sebagai jalan.
3. Mengarahkan seluruh komponen umat – ulama, cendekia, guru, orang tua, aktivis, dan pelajar – untuk membangun ketahanan Islam di tengah arus budaya globalisasi.
Pasal 3
Arah dan Prinsip Dakwah
1. Dakwah bukan sekadar melarang, tetapi mendidik dengan hikmah.
Meluruskan makna tanpa mematikan kreativitas.
2. Strategi dakwah harus:
-Menggali sejarah dan akar ideologi setiap budaya asing sebelum diterima mentah-mentah.
-Mengembangkan alternatif budaya Islami yang relevan, kreatif, dan menggembirakan.
-Mengubah masjid, pesantren, dan kampus Islam menjadi pusat literasi budaya dan spiritualitas.
3. Dakwah budaya harus berprinsip pada hikmah, ilmu, dan kasih sayang, namun tetap tegas terhadap segala bentuk penyimpangan yang mengaburkan tauhid.
Pasal 4
Strategi Gerakan
1. Bidang Pendidikan
Integrasi literasi budaya Islami dalam kurikulum sekolah dan pesantren.
Pengenalan konsep kritik budaya sekuler bagi pelajar dan mahasiswa.
Penguatan identitas dan kebanggaan budaya Islami di Indonesia.
2. Bidang Dakwah
Dakwah digital dengan konten kreatif yang membongkar makna tersembunyi budaya Barat seperti Halloween, Valentine, dan sejenisnya.
Pembuatan festival alternatif Islami:
“Malam Cahaya Iman”, “Pekan Budaya Tauhid”, atau “Festival Maulid Kebudayaan Islami”.
Pembinaan komunitas muda dakwah kreatif di bidang film, desain, dan musik yang Islami.
3. Bidang Kelembagaan
Pembentukan Pusat Kajian Dakwah Budaya Islam di bawah ormas-ormas Islam (MUI, BAKOMUBIN, NU, Muhammadiyah, dan lainnya).
Membangun jejaring internasional dakwah budaya untuk memperkuat solidaritas umat menghadapi westernisasi global.
Mendorong pemerintah dan media nasional untuk memprioritaskan siaran yang memperkuat moral dan nilai Islam.
Penutup
Jika Halloween adalah malam kegelapan yang dirayakan dengan tawa kosong,
maka Islam adalah fajar yang menyinari bumi dengan makna sejati kehidupan.
Kami tidak menolak dunia,
tapi kami menolak kehilangan Kehidupan Islami di dalam dunia.
Kami tidak memusuhi budaya,
tapi kami menolak budaya yang menghapus akhlak.
inilah manifesto,
Islam adalah peradaban, dan dakwah adalah benteng terakhirnya.
Benz Jono Hartono
Praktisi Media Massa dan Vice Director Confederation ASEAN Journalist (CAJ) PWI Pusat di Jakarta

















