IMF Meramal Indonesia 5 Besar di Tahun 2027
Hati Hati Banyak Yang Merecoki Termasuk Dengan Membuat Kekacauan Politik dan Hukum
Oleh : Salamuddin Daeng
IMF secara mengejutkan membuat forecasts atau ramalan bahwa Indonesia akan menjadi ekonomi ke 5 terbesar di dunia pada tahun 2027, tidak lama lagi, yakni tiga tahun lagi. Sekarang Indonesia telah berada pada rangking ke 7 dunia. Sebuah pencapaian yang cukup lumayan ditengah kemunduran di berbagai belahan dunia.
Ekonomi Indonesia pada tahun 2027 tersebut diramalkan akan berada di atas Russia, Inggris, Prancis, Turky dan Brazil. Apa ukuran yang digunakan IMF dalam membuat peringkat tersebut? Yakni Gross Domestic Product (GDP) berdasarkan harga konstan dan berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP).
Apa sebab ekonomi Indonesia akan melompati banyak negara? Financial Times (11/2023) menulis bahwa perpaduan dua kebijakan yakni pembangunan infrastruktur dan kebijakan kontrol sumber daya alam adalah dua daya jungkit yang akan membuat ekonomi Indonesia melenting. Dua kebijakan yang tidak semua elite oligarki Indonesia menerimanya. Bahkan banyak yang secara terang terangan berani menolak hilirisasi terutama nickel karena harus membela tuan modal asing.
Oligarki ini menjadi lawan tambahan bagi pemerintahan untuk konsisten dalam menjalankan agenda hilirisasi. Lawan yang patut diperhitungkan karena mereka punya gerombolan, punya partai, bisa menjegal secara langsung maupun aksi aksi politik tidak langsung. Saat yang sama kebijakan hilirisasi Indonesia telah digugat oleh Uni Eropa ke WTO. Proses gugatan yang panjang tetap menjadi kesempatan bagi Indonesia melanjutkan kebijakan ini.
Memang yang harus diwaspadai adalah musuh di dalam, terutama mereka yang memiliki posisi dalam politik. Mereka dapat secara langsung membuat aksi aksi politik untuk mendelegitimasi hukum pemerintahan. Mereka dapat mengerjakan apa saja, langsung atau tidak langsung yang membuat pemerintah ragu dalam melanjutkan program hilirisasi dan program strategis lainnya.
Sekarang ini, minggu minggu ini, boleh jadi adalah momentum yang tepat untuk membuat ketidakpastian yang panjang, yakni dengan cara mendelegitimasi hasil pemilu. Putusan sengketa pemilu kali ini dapat menjadi isue yang efektif sebagai alat untuk menciptakan misinformasi yang bisa diolah lebih jauh menjadi disinformasi. Ini modal besar bagi kekuatan asing untuk melakukan bergaining kepentingan mereka dalam jangka panjang pada pemerintah Indonesia.
Diluar arena mereka telah menanam benih benih ketidak percayaan kepada hukum, kepada pemerintahan. Berbagai usaha dan sumber daya selama beberapa tahun terakhir tampaknya telah dikerahkan untuk membuat polarisasi dalam masyarakat. Benih benih kekacauan sudah lama ditanam, seakan siap dipanen setiap saat oleh yang menanamnya. Ingat krisis politik 98 terjadi disaat Indonesia siap lepas landas. “Kalau ente gak nurut ane bikin kacau negara ente”.
Begitulah usaha menghambat pencapaian ekonomi Indonesia, menghambat usaha menjadi Indonesia. Tapi orang orang Indonesia telah berdiri di atas kebangsaan Indonesia, yang tidak hendak mencapai materialisme ekonomi, bukan kemegahan ekonomi, tapi ingin menjadikan nasionalisme Indonesia hidup indah di dalam taman sari bangsa bangsa, dalam taman sari internasionalisme.***